MERDEKA BELAJAR
BELAJAR MENYENANGKAN DAN BERMAKNA😍
Angin bertiup
sepoi-sepoi saat kulangkahkan kaki menuju kelas yang sejak tadi menanti
kehadiranku untuk mengajar di sana. Sekolah tempatku mengajar berada agak jauh
dari pemukiman warga, sekeliling lingkungan sekolah penuh dengan pohon-pohon
karet milik warga desa sekitar. Meskipun demikian SMP Negeri 2 Sekadau Hulu
tampil bersinar diantara pohon-pohon yang rindang. Sekolah di kampung tetapi
tidak kampungan. Ini motto yang sering diperdengarkan kepada setiap peserta didik,
terutama saat guru-guru memberikan wejangan kepada mereka saat upacara bendera
setiap hari senin. Motto yang sederhana bagiku, tetapi memiliki makna yang
dalam. Peserta didik yang pada umumnya berasal dari ekonomi menengah ke bawah,
tidak menyurutkan niat mereka untuk bersekolah. Jarak tempuh yang terbilang
cukup jauh, serta jalan berlumpur harus mereka lewati setiap harinya untuk
datang ke sekolah. Berangkat sekolah ketika hari masih sangat subuh, kembali
dari sekolah dan tiba di rumah sudah menjelang sore lagi.
Melihat kondisi tempat
tinggal peserta didik yang sangat jauh dari lingkungan sekolah, dan perjuangan
untuk mencapai sekolah, menggerakkan hati saya untuk memikirkan bagaimana
setiap peserta didik mendapatkan pembelajaran yang maksimal setiap harinya.
Sehingga jerih lelah mereka dalam perjalanan datang ke sekolah, terbayarkan
dengan pembelajaran bermakna yang mereka terima di sekolah. Pembelajaran yang
hanya berfokus pada penyelesaian materi tanpa mempertimbangkan kondisi fisik
dan psikis peserta didik, tentu tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
Peserta didik mudah lelah, guru juga menjadi frustrasi dengan hasil
pembelajaran yang buruk. Oleh karena itu agar semuanya sama-sama nyaman maka
pembelajaran perlu dikemas dengan baik agar menjadi pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna.
Berkaitan dengan motto
sekolah, meskipun sekolah di kampung tetapi tidak kampungan, memacu saya dan
rekan-rekan guru untuk terus mengembangkan sekolah menjadi lebih baik, baik itu
dari tampilan fisik sekolah, kinerja guru dan juga dari segi prestasi peserta
didiknya. Harapannya adalah meskipun siswa tinggal dan bersekolah di tempat
yang terpencil tetapi mereka dapat duduk sejajar dengan peserta didik lain yang
berasal dari daerah-daerah yang sudah maju. Mengapa ini perlu dipikirkan?
Karena memang setiap peserta didik mempunyai hak yang sama di seluruh Indonesia
untuk mendapatkan pendidikan dan pembelajaran yang layak. Harapannya selama
mereka belajar di SMP Negeri 2 Sekadau Hulu, maka setiap peserta didik
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang optimal. Sehingga ketika
mereka telah menyelesaikan pendidikanya di sekolah itu, mereka telah memiliki
bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk dapat membawa
peserta didik untuk mengalami pengalaman belajar yang optimal, yaitu
menyenangkan dan bermakna, maka guru perlu melakukan segala sesuatu dengan
hati. Sangat penting bagi guru untuk memahami bahwa setiap peserta didik itu
berbeda. Guru perlu memetakan kebutuhan peserta didik. Misalnya apa
cita-citanya, permasalahan di usia mereka secara umum, apa yang sedang mereka
gemari, trend apa yang sedang mereka ikuti dan lain sebagainya. Guru harus bisa
masuk dalam dunia mereka sehingga guru tidak menjadi orang asing dalam
kehidupan mereka. Jadi dapat juga dinyatakan bahwa menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan itu adalah menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Peserta didik di sekolah saya tidak senang dengan
pembelajaran yang kaku, yang hanya berpusat pada materi saja, dan pemberian
tugas yang hanya bersifat pengetahuan saja. Mereka juga tidak menyukai metode
ceramah, seperti kebanyakan siswa pada umumnya. Untuk memahami kebutuhan
peserta didik maka mau tidak mau, guru mesti banyak belajar memahami psikologi
perkembangan usia peserta didik yang diajarnya. Peserta didik akan senang jika
guru mereka adalah guru yang “gaul” mengikuti perkembangan zaman, tidak kuno
dan cara mengajarnya tidak konvensional.
Guru berperan penting
untuk memandu dan mendorong peserta didik untuk menemukan makna pembelajaran
bagi dirinya secara pribadi. Jadi pembelajaran bukan hanya mengajarkan tetapi
membelajarkan. Dua kata ini sepertinya sama, tetapi mengajarkan ini fokus
utamanya adalah guru yang cenderung berpusat pada materi, sedangkan
membelajarkan adalah melibatkan semua peserta didik untuk mengalami proses
belajar yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna dapat berjalan dengan optimal
salah satunya dengan memaksimalkan aktivitas peserta didik dalam belajar. Jika
peserta didik telah terlibat secara totalitas, maka pembelajaran itu tidak akan
menjadi beban, justru menjadi sesuatu yang sangat dinantikan.
Melalui pembelajaran menyenangkan
dan bermakna itu diharapkan peserta didik dapat terbina untuk dapat belajar
mandiri dan mengambil makna dari pembelajaran yang telah diterimanya. Beberapa
kegiatan menarik yang saya lakukan agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan
adalah menciptakan suasana kelas yang nyaman, dimana setiap peserta didik dapat
mengekspresikan dirinya tanpa rasa takut akan diejek oleh teman, tanpa rasa
takut ditertawakan dan tanpa rasa takut berbicara dengan guru. Setiap peserta
didik difasilitasi agar mereka semua merasakan, bahwa kelas atau pembelajaran
yang sedang berlangsung itu adalah milik mereka. Semua peserta didik adalah
aktor dalam kelas, artinya semua pemain, semua dapat ambil bagian dan semua
bisa aktif sesuai dengan gaya masing-masing. Peserta didik dimotivasi untuk
saling menghargai satu dengan yang lain, dan melihat perbedaan sebagai sesuatu
yang dapat membuat suasana kelas menjadi semakin dinamis.
Ketika peserta didik
diberi ruang untuk belajar dengan gayanya masing-masing dengan tidak menghakimi
mereka bahwa itu sebuah kenakalan remaja, maka peserta didik itu dapat berkembang
sesuai dengan perkembangannya yang sesungguhnya. Mereka dapat menjadi dirinya
sendiri dan mengembangkan kreatifitasnya dengan leluasa. Dalam hal ini peran
guru adalah mengarahkan mereka agar kreatifitas
mereka itu tetap dalam arah yang mendukung dalam pengamalan belajar yang
bermakna. Dari pengalaman saya dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran
di kelas, salah satu metode pembelajaran yang paling mereka sukai adalah metode
role play atau bermain peran. Dalam
bermain peran, semua bakat, talenta dan ekpresi mereka dapat tersalurkan dengan
baik. Ruangan kelas diatur sedemikan rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran. Jadi susunan meja kursi diatur secara fleksibel, tidak kaku,
bahkan kadang-kadang peserta didik duduk melantai sesuai dengan metode atau
materi pembelajaran pada hari itu.
Terkadang beberapa
guru, termasuk saya mengajak peserta didik belajar di luar kelas. Di pekarangan
sekolah tersedia dua buah pondok belajar yang terbuat dari bambu dan atap daun.
Pembelajaran di pondok ini menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan bagi
guru dan juga dengan peserta didik. Terkadang
ada kejenuhan juga dengan ruangan kelas, apalagi jika cuaca panas, maka ruangan
akan terasa lebih sesak. Pembelajaran luar ruangan ini tentu harus disesuaikan
dengan materi dan metode pembelajaran yang digunakan. Ketika guru dan siswa
duduk bersama dalam tempat terbuka, maka peserta didik merasa lebih dekat
dengan guru. Suasana kekeluargaan yang tercipta akan membuat peserta didik akan
lebih terbuka dengan guru, sehingga guru dapat membimbing mereka sesuai dengan
kebutuhan mereka masing-masing. Jika pembelajaran berjalan dengan baik tentu
bukan hanya guru saja yang puas dengan pembelajaran, tetapi peserta didik juga akan
mendapatkan makna yang mendalam dari pembelajaran yang diikutinya. Jadi
pembelajaran menyenangkan dan bermakna ini
bukan sekedar peserta didik
merasa senang, tetapi mereka dapat menemukan arti dari pembelajaran itu
untuk menjawab kebutuhan mereka masing-masing.
Jika belajar yang
menyenangkan dan bermakna telah dapat dialami oleh guru dan siswa, maka hal itu
dapat dikatakan bahwa guru dan siswa tersebut telah mengalami pengalaman
merdeka belajar. Secara khusus bagi guru, merdeka belajar ini dapat diartikan
bahwa seorang guru yang mengalami merdeka belajar adalah guru yang mandiri, yang paham tujuan belajar,
serta mampu merefleksikan diri dalam tujuan belajar tersebut. Bagi saya merdeka
belajar itu bukan tentang kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran seperti yang banyak dipahami saat ini, sebagai suatu salah kaprah
bahwa pembelajaran yang baik itu adalah pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran.
Sejatinya merdeka
belajar itu bagi saya adalah, kebebasan guru untuk mengekspresikan diri dalam
mempersiapkan, mengemas dan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan tujuan
yang jelas, tanpa ada rasa takut untuk tidak menyelesaikan semua kompetensi
dasar dalam satu semester. Karena jika tujuan utama hanyalah untuk
menyelesaikan materi dari sekian banyak kompetensi dasar, maka guru akan
cenderung mengabaikan hal-hal sederhana yang muncul dari peserta didik. Padahal
jika hal-hal sederhana berupa kreatifitas peserta didik itu dimanfaatkan dengan
baik, hal itu dapat membuat pembelajaran semakin menyenangkan dan bermakna bagi
mereka.
Komentar
Posting Komentar